Home

Friday, 5 May 2017

Pelangi Sejuta Warna

Pelangi Sejuta Warna

Image result for Pelangi sejuta warna

Sinaran mentari kini tak mampu menghangatkan tubuhku lagi. Sejak kejadian kecelakaan maut itu, aku sering mengurung diri di kamar. Kecelakaan yang kini membuatku kehilangan sosok yang sangat berjasa dalam hidupku. Dialah kakakku. Orang yang selalu ada di sampingku, menemaniku setiap hari dan membantu memecahkan masalah yang selama ini kuhadapi.
“Bunga… Ayo makan nak.. Sudah siang ni loh..!!” Teriak ibuku dari ruang makan.
“Ya Bu.. sebentar.” Jawabku dengan nada malas.
Kuarahkan kursi rodaku ke luar kamar. Kecelakaan itu juga telah merenggut kedua kakiku. Kata dokter, urat saraf di kakiku mati karena kecelakaan itu, sehingga aku lumpuh. Sungguh sebuah kenyataan yang sangat menyakitkan. Kehilangan kakakku sebagai penyemangat hidupku, sekaligus kehilangan kesempatan untuk bermain bersama teman-temanku. Bagaimana mungkin aku bisa bermain dengan mereka, sedangkan aku tidak bisa berjalan apalagi berlari sepeti mereka. Sungguh sebuah kecelakaan yang tak mungkin dapat aku lupakan. Namun aku masih bersyukur, karena aku masih diberikan hidup yang sesungguhnya kau telah membenci kehidupan baruku.
“Sayang, nanti setelah makan kita jalan-jalan ke taman yuk.. Kamu kan sudah lama tidak pernah ke taman lagi. Gak kangen apa sama suasana di taman?”
“Males ah bu, Bunga malu. Bunga kan gak bisa jalan lagi. Nanti malah merepotkan ibu saja. Bunga di rumah saja bu, Tidak apa-apa kok.” Jawabku sekenanya saja.
“Ahh.. kamu ini. Tidak kok. Ya sudah pokoknya mau tidak mau kita akan ke taman. Tidak bosen apa, tiap hari ke luar rumah Cuma buat sekolah aja.”
“Ya sih bu, Ya sudah terserah ibu saja, asal Bunga tidak merepotkan”. Jawabku sambil meneruskan makanku.

Sebenarnya aku sangat ingin ke taman, aku rindu dengan suasana indah di taman. Taman yang sejuk dengan pepohonan yang rimbun. Banyak bunga-bunga yang berwarna warni di sana. Aku sangat menyukai hal itu.
Selesai makan, aku pun berangkat bersama ibu mengelilingi komplek perumahan kamu menuju taman yang indah itu. Di sepanjang perjalanan aku melihat banyak anak-anak yang sedang bermain bersama teman mereka. Aku sangat iri melihat itu. Aku ingin kembali bisa merasakan hal indah itu. Sejak peristiwa pahit itu terjadi, aku tak pernah lagi diizinkan ibuku bermain bersama teman-temanku. Ingin rasanya aku menangis, namun aku tak ingin ibuku tahu jika hatiku begitu teriris melihat hal itu.
Malam ini aku tak bisa tidur, tak tahu kenapa, banyangan peristiwa itu muncul kembali di pikiranku. Walaupun aku telah berusaha melupakan semua peristiwa yang telah merenggut kebahagiaanku. Kucoba untuk memejamkan mata. Namun hasilnya nihil. Tetap saja, diri ini enggan menuju surga mimpi.
Akhirnya aku pun memilih untuk menulis dairy. Tempat curhat favoritku. Dengannya aku telah terbiasa menangis, tertawa. Semua isi hatiku kucurahkan kepadanya. Tak tau sampai kapan hal ini akan berakhir, yang pasti, sejak kepergian kakak tercintaku, diary inilah yang mampu menggantikan posisi beliau. Meskipun tak mungkin bisa sama persis seperti kakakku.
Lembar demi lembar kutorehkan semua perasaanku. Goresan tinta yang memiliki sejuta makna kesedihan dan kebencian, kini telah kutorehkan dalam sebuah kertas. Kekecewaan, kesedihan, kegelisahan, semua kutorehkan di dalam dairyku. Hingga akhirnya aku pun tertidur di meja belajarku.
Siang ini aku akan berjalan-jalan ke taman. Namun hari ini aku tidak ditemani ibuku. Aku ingin merelaksasikan otak dan fikiranku di taman ini. Pohon mangga yang sampai saat ini masih ada dan meneduhkan taman. Tempat biasa aku dan temanku bersenda gulau di bawah pohon itu, atau jika pohonnya sedang berbuah, dengan iseng kamilah yang suka mengambil buah tersebut.
Melihat indah dan keramaian taman ini, membuatku mengenang masa laluku. Masa indah bersama kakak dan temanku. karena taman inilah yang menjadi saksi bisu kenangan masa laluku.
“Hai adek. Sendirian aja ni.? Jangan melamun donk.. Ntar kesambet loh?” Tanya penjual ice cream langgananku.
“Eh, Kak. Gak melamun kok. Cuma lagi liatin bunga-bunga itu aja. Bagus-bagus ya kak?” Jawabku kaget.
“Kamu mau bunga itu?”
“Iya kak. Tapi aku tidak mungkin bisa mengambilnya.” Jawabku murung sambil tertunduk.
“Hahahha.. jangan sedih gitu donk. Kan ada kakak di sini. Bentar ya, Biar kakak ambilkan bunganya untuk gadis secantik kamu.” kemudian dia berjalan mengambil bunga melati yang aku mau, dan memakaikannya di telingaku.
“Hahahhah.. Kakak baik banget. Gimana jualannya hari ini kak? Laris tidak?”
“mmm.. Laris banget dek. Mungkin pengaruh ada cewek cantik di sini ya. Jadinya ramai deh ni taman. Jadi laris deh jualan kakak hari ini.”
“Hahhaha. Kakak ini bisa aja. Oya. Kenalin, nama aku Bunga, Kalau kakak siapa?” jawabku sambil menyodorkan tanganku.
“Bunga… Pantesan aja cantik banget kayak bunga. Hehehhe.. Nama kakak Rangga.”
“Oya, udah sore ni kak. Bunga pulang dulu ya. Nanti ibu bunga nyariin. Hehehhe”.
“Ya udah. Hati-hati ya Bunga. Sampai jumpa besok. Bye.. bye…”

Sejak perkenalan itu, aku jadi sering main ke taman tak jarang juga kak Rangga yang main ke rumahku. Sungguh aku sangat bahagia sekali. Akhirnya aku memiliki teman yang bisa menggantikan kakakku. Kak Rangga lah yang membuat hari-hariku menjadi lebih berwarna lagi. Hidupku seperti hujan yang telah reda dan memperoleh cahaya hingga menyebabkan adanya pelangi. Pelangi yang bergitu indah. Penuh dengan warna. Aku tak pernah menyangka hidupku akan seindah ini.
Kehadiran sosok kak Rangga dalam hidupku merubah segalanya, dialah yang mampu menambah semangat hidupku, aku yang benci kehidupan kini mulai mengerti tentang asam manisnya hidup. Hari-hariku kini menjadi hari-hari terbaik dalam kisah hidupku. Setiap detik bagiku adalah hal yang sangat indah.
Hari ini, seperti biasa, aku pergi ke taman. Hari ini aku membawa hadiah untuk kak Rangga. Aku pun sengaja tak memberitahunya kalau aku akan ke taman hari ini.
“Kak Rangga mana ya, kok gak ada di taman?” tanyaku dalam hati.
Hari ini aku tak menemukan sosok kak Rangga di taman. Padahal biasanya dia selalu ada di taman. Jika pun tidak ada, pastilah dia sedang bersamaku di rumah. Sungguh aneh hari ini.
Kucoba meneleponnya, namun tak diangkat. Beberapa kali kulayangkan pesan, namun juga tak dibalasnya.
“Kemana kak Rangga? Aku kangen Kakak loh..”. Aku pun mulai menangis.
“Hay, kak Bunga ya?” Tanya gadis kecil yang sepertinya masih berusia 8 tahun, yang entah dari mana munculnya kau juga tidak tahu. Mungkin karena kesedihanku aku pun tak menyadari kedatangannya.
“Kak Bunga kan?” Tanyanya lagi karena aku belum menjawab.
Kuhapus air mataku, dan mencoba tersenyum.
“Iya. Kamu siapa? kok kamu kenal kakak?”
“Aku Mila kak, Aku sering ke taman ini. Dan aku juga sering beli ice cream kak Rangga. Kakak, kak Bunga kan? Ini ada surat dari kak Rangga. Tadi sebelum kakak datang kak Rangga menemuiku”. Jawabnya smbil menyodorkan sebuah amplop yang berwarna pink. Lengkap dengan gambar bunga melati putih kesukaanku.
“Makasih ya sayang” jawabku sambil menerima surat pemberiannya.
“Ya udah kak. Mila pergi dulu ya”
Gadis kecil itu pun berlari berhamburan dengan teman-temannya. Meninggalkanku yang masih diselimuti tanda Tanya. Apa maksud dari ini semua. Kenapa kak Rangga tidak meneleponku saja. Kenapa harus pakai surat.
Aku pun pulang. Sesampainya di kamarku. Aku langsung membaca surat dari kak Rangga
Dear Bunga Sayang…
Sebelumnya maafkan kakak ya dik, Kakak tidak memberimu kabar hari ini. Maaf selama ini kakak menyembunyikan sesuatu darimu. Selama ini kakak menderita penyakit gagal ginjal. Tapi kakak tak ingin membuatmu bersedih. karena bagi kakak, kamu adalah hidup kakak. Sejak pertama kali kita berkenalan, kakak bahagia banget bisa mengenal sosok bidadari selucu kamu. Kamu yang tegar menghadapi semua cobaan dalam hidupmu. Darimu kakak berusaha untuk tetap kuat menjalani hidup ini. Walaupun penderitaan yang begitu besar selalu kakak rasakan.
Dan hari ini, adalah hari yang sangat sangat membuat kakak bahagia dik. karena kakak mendapatkan pendonor ginjal yang dapat menolong hidup kakak. Sungguh, ini adalah hal yang paling membuat kakak bahagia. Jadi kebahagiaan kakak akan lengkap. Penyakit kakak hilang dan kakak punya kamu Bunga. Kakak harap Bunga gak marah sama kakak.
Maaf banget kakak gak bisa nemeni Bunga untuk beberapa hari ini. Bakalan kangen deh sama Bunganya. Kakak janji, kalau kakak dah sembuh, kakak bakalan main ke rumah Bunga plus kakak bawain bunga melati kesukaan Bunga. Trus ntar Bunga bakalan kakak ajak main ke rumah kakak. Bunga mau lihat kan taman melati yang pernah kakak certain waktu itu? Nanti Bunga boleh ambil bunga melatinya sesuka bunga deh.
Kakak harap bunga Masih mau temenan sama kakak. Kakak gak mau kehilangan Bunga. Kakak sayang sama bunga. Bunga itu mengingatkan kakak sama adik kakak dulu. Jangan sedih ya Sayang. Kakak gak mau liat semangat kakak Sedih.
Salam Sayang
Kak Rangga
Tak dapat kubendung lagi air mata ini. Kutumpahkan semua kesedihanku di depan kertas itu. Sakit hati ini bagaikan teriris sembilu. Kecewa, bahagia, semuanya bercampur jadi satu. Sampai-sampai aku tak tau apa yang harus aku lakukan.
Aku tak pernah menyangka, jika Kak Rangga, sosok yang begitu tegar, ternyata menyimpan penyakit yang begitu parah. Dulu aku mengira aku adalah manusia yang paling menderita di dunia ini. Sampai-sampai aku ingin mengakhiri hidupku. Tapi, kak Rangga selalu menasihatiku, dialah yang membuat aku masih bisa tersenyum sampai saat ini.
“Ya Tuhan, aku mohon lancarkanlah operasi kak Rangga, supaya kami bisa bermain bersama lagi. Aku sayang sama dia. Aku gak mau kehilangan kakak keduaku”. Ucapku, smabil memeluk surat kak Rangga. Hatiku hancur. Air mataku terus menetes membasahi pipi dan surat pemberian dari kak Rangga.
Hari demi hari terus berjalan. Masih banyak perjalanan yang belum aku lewati. Masih banyak kisah yang belum aku tulis di kehidupanku. Hari-hari tanpa kak Rangga menjadi hari-hari yang membosankan. Kehidupanku kembali seperti sebelum ku mengenalnya. Aku menjadi pendiam, bahkan lebih diam dari sebelumnya. Aku tak tau apa lagi yang bisa membuatku tersenyum. Semuanya hambar, tak ada ceria dan tak ada tangis lagi.
Hari-hariku kulalui dengan menulis diary. Hanya diary lah yang selalu mengerti perasaanku. Semua rasa rindu dan kecewaku terhadap kak Rangga aku tumpahkan di diaryku.
“Assalamualaikum..” terdengar suara seseorang dari luar rumah.
“Waalaikum salam, ya sebentar.” Terlihat dari dalam kamarku, Ibu berlari untuk membuka pintu untuk tamu tersebut.
“Ehh.. Nak Rangga? Sudah sembuh ternyata.. Kapan pulang dari rumah sakit nak?” sapa ibu
“Iya bu… dua hari yang lalu bu. Hari ini baru diizini ke luar rumah. Hehehhe… Bunganya ada bu?”
“ada kok. Silahkan duduk dulu” jawab ibu sembari memperisilahkan kak Rangga duduk dan ibu pun memanggilku di ke kamar.
Awalnya aku enggan menemui kak Rangga. Aku masih sebal melihatnya. karena dia tidak menemuiku sebelum dia operasi, karena dia tidak memberitahuku tentang penyakitnya. Aku kecewa dengannya. Rasa rinduku terhapus oleh kecewaku padanya. Sehingga ketika ibu memanggilku pun, aku tak ingin beranjak dari tempat tidurku untuk menemuinya.
Namun, dugaanku salah, tadinya aku mengira kak Rangga akan pergi karena aku tidak mau menemuinya, ternyata dia malah memaksa ibu untuk membawanya ke kamarku dan memaksaku untuk membukakan pintu untuknya.
Dengan sangat terpaksa akhirnya kubuka juga pintu kamarku. Aku tidak tega melihatnya memohon kepadaku. Dan ternyata dia menepati janjinya. Dia membawakanku sekotak bunga melati putih kesukaanku. Dia juga memberiku sebatang coklat. Tak lupa dia juga meminta maaf kepadaku. Semua rasa kecewaku kepadanya musnah sudah. Aku sangat bahagia melihat kak rangga ada di sisiku lagi.
Setelah pamit kepada ibu, kak Rangga pun membawaku pergi ke rumahnya. Dia akan mengajakku melihat taman bunga melati yang telah dibuatkannya untukku. Sungguh, aku sangat terharu dengan hal ini. Ternyata walaupun keadaanku seperti ini, masih ada orang yang menganggapku spesial di matanya.
Di perjalanan kami habiskan dengan canda dan tawa, dan kutuangkan semua kekesalanku kepadanya. Hingga berulang kali dia meminta maaf kepadaku. Lucu rasanya. Tapi aku bahagia. Akhirnya kami sampai di sebuah rumah dengan halaman yang sangat luas. Aku melihat banyak bunga-bunga yang berwarna warni yang ditata sedemikian rupa, hingga menjadikannya sangat indah.
Kak Rangga pun mengajakku masuk. Berkenalan dengan kedua orangtuanya. Lalu dia membawaku ke sebuah taman yang sangat indah, yang pernah dia janjikan dalam suratnya. Yaitu taman bunga melati yang sengaja disiapkannya untukku. Sungguh tempat yang sangat indah yang belum perhah aku lihat sebelumnya. Puluhan bunga melati putih tersusun rapi, lalu di tengah-tengahnya terdapat sebuah ayunan yang berwarna putih pula. Ada kolam yang dihiasi dengan sepasang patung angsa. Sungguh sebuah taman yang sangat indah dengan semerbak aroma melati yang sangat aku sukai.
Sedang asyik-asyiknya kami berkeliling, tiba-tiba hujan turun. Kak Rangga pun menggendongku ke ayunan di taman itu. Taman itu terlihat semakin indah di bawah rintikan hujan. Gemercik hujan membawa keindahan tersendiri untukku.
“Lihat itu Bunga, ada pelangi.” Seru kak Rangga bersemangat.
“Mana kak… Oh iya… Wow.. cantik banget kak. Aku ingin seperti pelangi kak, memiliki warna yang indah, meskipun hadirnya setelah hujan, tapi pelangi sangat di sukai bagi setiap orang ya kak.”
“Hahahhaha.. ya Bunga. Indah sekali ya. Seperti itulah kehidupan, pelangi adalah kebahagiaan. Sedangkan hujan adalah musibah menurut mereka, mungkin ada sebagain orang yang membenci hujan, namun mereka menyukai pelangi, aneh bukan? Mereka membenci sesuatu yang menyebabkan kebahagiaan mereka datang. Syukurilah hidup, maka kita akan menjadikan setiap detik yang kita lewati adalah pelangi. Ya, Berwarna seperti pelangi”.
Kata-kata kak Rangga mengingatkanku kepada kakakku. Dahulu kami selalu menunggu datangnya pelangi. Aku yang membenci hujan. karena aku takut petir. Namun ketika hujan reda, aku berlomba dengan kakakku untuk melihat pelangi. Dan semenjak kakakku menasehatiku, aku bahkan kini menyukai hujan. karena aku berharap setelah hujan reda, aku akan menemukan pelangi. Pelangi dengan sejuta Warnanya yang indah. Aku berharap kakakku telah berada di salah satu warna pelangi tersebut.
Begitulah kehidupan, tak semua yang kita lihat menakutkan, adalah benar menakutkan. Ingatlah rencana Allah selalu lebih baik dari apa yang kita bayangkan. Jika hari ini kau tidak bahagia, tenanglah, Tuhan selalu menyiapkan hari esok untukmu. Maka rajutlah hari esokmu agar menjadi lebih indah.
www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com

0 comments:

Post a Comment